Inteligensi biasanya dikaitkan dengan keampuan seseorang untuk memecahkan
sebuah masalah, kemampuan untuk belajar, dan kemampuan untuk berfikir abstrak.
Dengan kata lain inteligensi adalah sebuah kemapuan mental yang melibatkan
proses berfikir secara rasional.
Inteligensi dapat dikatakan sebagai pola pikir rasional karena secara
umum inteligensi tadak dapat dilihat secara kasat mata melaikan harus
disimpulkan dan diamati dari berbagai tingkah laku manusia itu sendiri atau
tindakan nyata dari seseorang yang merupakan mainfastasi dari proses berfikir
itu.
Secara umum inteligensi dapat diartikan sebagai sebuah pola pikir manusia,
tetapi beberapa ahli menguarikan tentang teori intelegensi sebagai berikut:
1. Alfred
Binet mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang
dari suatu faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisa tunggal dari
karekteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
2. Edward
Lee Thorndike, teori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri
dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampikan dalam wujud perilaku
intelegensi.
3. Robert
J. Sternberg, teori ini mentikberatkan pada kesatuan dari berbagai aspek
intelegensi sehingga teorinya teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori
ini disebut juga dengan Teori Intelegensi Triarchic.
Jika diambil dari pengertian para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Intelegensi setiap orang cenderung berbeda-beda. Ini disebabkan oleh
beberapa faktor atau hal-hal yang mempengaruhinya, Dalam buku
Psikologi Pendidikan yang ditulis oleh H. Jaali pada tahun 2007, berikut
ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor
Bawaan
Dimana
faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh
faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat
dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun
mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor
Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor
Pembentukan
Dimana
pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang
direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor
Kematangan
Dimana
tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap
organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia
telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing.
Sebagai
contoh, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau
memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal
itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih
belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat
dengan faktor umur.
5. Faktor
Kebebasan
Hal
ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor itu merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
intelegensi manusia dan faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait
satu dengan yang lainnya.
Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman
atau berpatokan kepada salah satu faktor saja melaikan banyak faktor yang
saliang berkaitan erat satu dengan yang lainnya yang dapat mempengaruhi
intelegensi orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar